Awalnya dari salah seorang teman
kami yang bercerita bahwa dia berencana untuk melahirkan di Jogja. Rencananya
mau ambil cuti mepet-mepet aja di minggu ke 38 kehamilan, supaya gak kelamaan
cuti di awal. Langsung diberi advice sama
teman-temen lain supaya cutinya dimajuin.
Kenapa? Karena prediksinya
baby-nya teman kami ini adalah baby boy. Konon katanya kalo baby boy biasanya
lahirnya maju dari HPL, sebaliknya baby girl cenderung betah di perut emaknya,
alias mundur dari HPL.
Benar kah demikian?
To be honest, eyke juga belom pernah ngelahirin cyiiiin… Tapi
iseng-iseng browsing ternyata memang beredar kabar begitu. Pastinya kalo yang
ini ga bisa dibilang hoax juga lah ya.. Kan berdasarkan pengalaman para ibu-ibu
itu.
Iseng berlanjut, ada gak ya data statistik
tentang HPL yang maju atau mundur itu? Eh ada lho! Saya nemunya di
spacefem.com. Situs ini menghimpun data survey mengenai kehamilan (kita juga
bisa loh ikutan jd partisipan survey mereka).
Mengenai HPL yang maju-mundur
ini, di bagian into-nya mereka menyebutkan bahwa data mereka diperoleh dari
7591 partisipan.
Datanya adalah sebagai berikut
Keliatan yaa.. sebelum minggu ke
40, antara baby boy & baby girl, ups and downs garisnya. Tapi terlihat
bahwa baby boy beberapa kali lebih di atas grafiknya. Berarti beberapa baby
boys cenderung lahir duluan. Sebaliknya setelah minggu ke-40 baby girl terlihat
lebih di atas grafiknya. Berarti beberapa baby girls lahirnya lewat dari HPL. Tapi
kalo dilihat distribusi kumulatifnya..
Dapat kita lihat bahwa grafiknya baby boy selalu senantiasa berada di atas grafiknya baby girl. Jadi, ga bisa juga disimpulkan seperti yang disebutkan sebelumnya. Lagi pula itu perbedaannya tipis bingiiits…
Sedangkan kalo dibandingkan
reratanya..
Tarrraaa… ga jauh beda buk!
Jadi gimana baiknya?
Menurut saya pribadi nih, cari
amannya aja deh; mudik maksimal di minggu ke-37 kehamilan saja. Saran ini juga
setau saya diterapkan di berbagai maskapai penerbangan, berarti memang sudah
dipertimbangkan bahwa amannya ya di batas tersebut. Ga mau kan ya buibu udah
capek lemah letih lesu lunglay lebay hamil selama 9 bulan lalu kehilangan
baby-nya di saat-saat akhir begitu. Saya pernah baca pengalaman seorang ibu
yang kehilangan baby-nya sesaat sebelum persalinan. Jadi si baby itu udah
keburu meninggal di perut. Bukan gara-gara mudik naik kereta sih, tapi karena
mengabaikan sinyal yang diberikan tubuh ditambah dokternya yang kelihatannya
kurang peka (maaf yaa ga maksud menyudutkan profesi dokter loh ini..). Sedih
banget bacanya. Yang baca aja sedih apalagi yang ngalamin ya.. huhuhu..
Semoga bermanfaat.
Salam,
Isna ^^