Pages

Selasa, 07 Oktober 2014

Tentang HPL yang Maju atau Mundur



Awalnya dari salah seorang teman kami yang bercerita bahwa dia berencana untuk melahirkan di Jogja. Rencananya mau ambil cuti mepet-mepet aja di minggu ke 38 kehamilan, supaya gak kelamaan cuti di awal. Langsung diberi advice sama teman-temen lain supaya cutinya dimajuin.
Kenapa? Karena prediksinya baby-nya teman kami ini adalah baby boy. Konon katanya kalo baby boy biasanya lahirnya maju dari HPL, sebaliknya baby girl cenderung betah di perut emaknya, alias mundur dari HPL.

Benar kah demikian?

To be honest, eyke juga belom pernah ngelahirin cyiiiin… Tapi iseng-iseng browsing ternyata memang beredar kabar begitu. Pastinya kalo yang ini ga bisa dibilang hoax juga lah ya.. Kan berdasarkan pengalaman para ibu-ibu itu.

Iseng berlanjut, ada gak ya data statistik tentang HPL yang maju atau mundur itu? Eh ada lho! Saya nemunya di spacefem.com. Situs ini menghimpun data survey mengenai kehamilan (kita juga bisa loh ikutan jd partisipan survey mereka).

Mengenai HPL yang maju-mundur ini, di bagian into-nya mereka menyebutkan bahwa data mereka diperoleh dari 7591 partisipan.

Datanya adalah sebagai berikut



Keliatan yaa.. sebelum minggu ke 40, antara baby boy & baby girl, ups and downs garisnya. Tapi terlihat bahwa baby boy beberapa kali lebih di atas grafiknya. Berarti beberapa baby boys cenderung lahir duluan. Sebaliknya setelah minggu ke-40 baby girl terlihat lebih di atas grafiknya. Berarti beberapa baby girls lahirnya lewat dari HPL. Tapi kalo dilihat distribusi kumulatifnya..



 Dapat kita lihat bahwa grafiknya baby boy selalu senantiasa berada di atas grafiknya baby girl. Jadi, ga bisa juga disimpulkan seperti yang disebutkan sebelumnya. Lagi pula itu perbedaannya tipis bingiiits…

Sedangkan kalo dibandingkan reratanya..


Tarrraaa… ga jauh beda buk!

Jadi gimana baiknya?
Menurut saya pribadi nih, cari amannya aja deh; mudik maksimal di minggu ke-37 kehamilan saja. Saran ini juga setau saya diterapkan di berbagai maskapai penerbangan, berarti memang sudah dipertimbangkan bahwa amannya ya di batas tersebut. Ga mau kan ya buibu udah capek lemah letih lesu lunglay lebay hamil selama 9 bulan lalu kehilangan baby-nya di saat-saat akhir begitu. Saya pernah baca pengalaman seorang ibu yang kehilangan baby-nya sesaat sebelum persalinan. Jadi si baby itu udah keburu meninggal di perut. Bukan gara-gara mudik naik kereta sih, tapi karena mengabaikan sinyal yang diberikan tubuh ditambah dokternya yang kelihatannya kurang peka (maaf yaa ga maksud menyudutkan profesi dokter loh ini..). Sedih banget bacanya. Yang baca aja sedih apalagi yang ngalamin ya.. huhuhu..

Semoga bermanfaat.

Salam,
Isna ^^